Susi Air adalah
maskapai penerbangan Indonesia yang dioperasikan oleh
PT ASI Pujiastuti Aviation dengan penerbangan berjadwal dan
charter. Berkantor-pusat di
Pangandaran,
Jawa Barat, Susi Air beroperasi dari lima pangkalan utamanya di
Medan,
Jakarta,
Balikpapan,
Kendari,
Bandung,
Cilacap, dan
Sentani akan tetapi maskapai ini masih terdaftar pada Daftar maskapai penerbangan dilarang di
Uni Eropa.
[1]
Didirikan pada akhir 2004 oleh pasangan suami istri Christian von
Strombeck dan Susi Pudjiastuti, Susi Air awalnya didirikan untuk
mengantarkan muatan perikanan milik perusahaan lain Susi, PT ASI
Pudjiastuti.
Gempa bumi Samudera Hindia 2004 yang terjadi di pesisir barat
Sumatra beberapa saat setelah dua pesawat
Cessna Grand Caravan pertama Susi Air dipesan, langsung digunakan untuk membantu pengiriman peralatan dan obat-obatan bagi regu penolong.
Pada 2005 Grand Caravan ketiga bergabung dengan armada Susi Air
sehingga Susi Air dapat memulai penerbangan berjadwal dari Medan.
Selanjutnya selain beberapa Grand Caravan tambahan,
Diamond Twin Star,
Pilatus Turbo Porter dan
Diamond Diamond Star
pun ditambahkan ke dalam armada Susi Air. Pada Juni 2009, Susi Air
mengumumkan bahwa mereka telah memesan 30 pesawat Grand Caravan di
Paris Air Show.
[2] Bulan berikutnya,
Piaggio Avanti pertama Susi Air mulai digunakan.
Armada
Susi Air adalah operator terbesar
Cessna Grand Caravan di
Asia Pasifik.
Penerbangan
Susi Air mengoperasikan penerbangan dari 5 pangkalan utama yakni di
Medan (
Sumatera Utara),
Kendari (
Jakarta),
Jawa Tengah (
Cilacap),
Jawa Barat (
Pangandaran dan
Bandung),
Balikpapan (
Kalimantan Timur) dan
Jayapura (
Papua). Penerbangan harian yang dijadwalkan akan beroperasi dari Medan untuk
Bandar Udara Nagan Raya (
Meulaboh), Bandara Lasikin (
Pulau Simeulue), Bandara Silangit dan Bandara Aek Godang.
Berikut Susi Air mengoperasikan layanannya (pada bulan Februari 2010)
[6]
- Indonesia
o
Jawa
o
Kalimantan
o
Sulawesi
o
Papua
o
Sumatra
o
Kupang
Blue Sky Network
Susi Air telah dilengkapi pesawat dengan sistem pelacakan satelit
canggih dari Blue Sky Network. Sistem ini memungkinkan perusahaan untuk
melacak pergerakan pesawat melalui jaringan satelit Iridium. Sistem ini
juga memungkinkan untuk panggilan suara ke dan dari pesawat melalui
jaringan satelit Iridium, serta untuk mengirim dan menerima kode pesan
pendek. Dan Susi Air adalah reseller Blue Sky Network untuk wilayah
Indonesia.
[7]
Insiden dan Kecelakaan
- Pada bulan Oktober
2008, pesawat Susi Air jenis Diamond DA-40 melakukan pendaratan darurat
di mendarat darurat di Lapangan tembak Pusat Pendidikan Infanteri
(Pusdikif) Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Pilot terpaksa
melakukan pendaratan darurat karena kehabisan bahan bakar. Gigi
baling-baling pesawat itu rusak setelah menghantam tanah di lapangan
rumput yang tidak rata. Selain pilot, pesawat membawa dua mekanik untuk
memperbaiki pesawat lain Susi Air yang telah rusak di bandara Nusawiru. [8]
Sebuah penyelidikan kecelakaan ini dilakukan oleh Indonesia Komite
Nasional Keselamatan Transportasi, yang menemukan bahwa pilot tidak
berlisensi di Indonesia, dan bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh
kelaparan bahan bakar karena kegagalan pompa bahan bakar. Panitia
mengatakan bahwa Susi Air harus memastikan semua pilot memiliki izin
yang cukup dan bahwa produsen mesin, Thielert, harus meninjau mesin
dalam rangka untuk mencegah insiden serupa.
- Pada 9 September
2011, pesawat Susi Air jenis Caravan C 208 B pk-VVE, dari Wamena,
Papua, menuju Kenyem, jatuh di Distrik Pasema Kabupaten Yahukimo,
sekitar pukul 12.20 WIT. Kedua pilot tewas. Pesawat membawa empat drum
bahan bakar solar dan beberapa barang dari Wamena ke landasan terpencil.
Pesawat gagal untuk tiba di tempat tujuan. Puing-puing itu ditemukan di
daerah pegunungan. Pesawat tersebut dipiloti oleh Dave Cootes dari Australia dan kopilot, Thomas Munk, asal Slovakia.[9]
Pada hari yang sama, 9 September 2011, Pesawat Susi Air Cessna 208B
Grand Caravan (PK BVQ) meluncur dari landasan pacu di Kupang bandara El
Tari. Insiden ini mengakibatkan pesawat menghalangi landasan pacu selama
50 menit dan menyebabkan dua pesawat Boeing 737penerbangan komersial
untuk mengalihkan ke Makassar, Sulawesi.
[10]
- Pada 23 November 2011 pesawat Cessna 208B Grand Caravan (PK VVG) hancur setelah lepas landas di Bandara Sugapa, Nabire, Papua, menewaskan seorang kopilot asal Spanyol,
Albert Citores, sedangkan pilot Jesse Becker dalam keadaan luka parah,
serta dua awak yang mengoperasikan penerbangan kargo. Kecelakaan pesawat
terjadi setelah menghindari landasan pacu di sebuah landasan pacu
kurang dikelola di Pegunungan Bintang di Papua Barat. Pilot memutuskan
untuk terbang kembali, tapi daerah itu dikelilingi oleh pegunungan dan
tebing, menyebabkan kecelakaan itu. Penyebab pasti kecelakaan itu namun
akan ditentukan setelah penyelidikan lebih lanjut. [11]
Referensi
Pranala luar